Minggu, 13 Juni 2010

PKL Masih Tetap Marak di Jaktim

JAKARTA, MP - Keberhasilan Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Timur meraih piala Adipura patut dipertanyakan. Saat ini, sejumlah titik di wilayah itu masih dipenuhi pedagang kaki lima (PKL) sehingga menimbulkan kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas. Pemandangan tersebut terlihat jelas di kawasan fly over Pasarrebo, kolong fly over Kampungmelayu, kawasan UKI-Cawang, depan Pasar Kramatjati, Pasar Jatinegara, kolong tol Cacing (Cakug-Cilincing), serta di depan Terminal Pulogadung. Pedagang leluasa menggelar lapaknya pada siang maupun malam hari. Tentunya hal ini sangat kontradiksi dengan penghargaan Adipura urutan ke-7 tingkat nasional untuk kategori kota metropolitan yang diraih Jakarta Timur.

Parahnya lagi, tumpukan sampah juga terlihat di beberapa sudut kota dan menjadi pemandangan sehari-hari warga sekitar. Sampah dibiarkan berserakkan di pinggir jalan. Tentu saja hal tersebut dikeluhkan warga maupun pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki yang melintas. “Pasarrebo memang selalu macet, karena sebagian ruas jalan dipakai untuk berdagang. Jadinya ruas jalan menjadi semakin sempit,” keluh Taufik (33) warga Cijantung.

Tingginya volume kendaraan yang melintas di kawasan tersebut mengakibatkan kawasan itu tampak semrawut. Terutama kendaraan dari arah Tanjungbarat menuju Kampungrambutan maupun sebaliknya dan kendaraan dari arah Kampungrambutan menuju Cililitan. Bahkan keberadaan PKL di kawasan itu tidak hanya menempati kolong fly over, akan tetapi banyak juga yang mangkal di atas fly over Pasarrebo, tepatnya di Jl Raya Bogor dari arah Cililitan menuju Ciracas maupun sebaliknya. Menurut Taufik, keberadaan PKL di atas fly over Pasarrebo itu karena banyaknya pengendara motor yang beristirahat di atas terutama pada sore hingga malam hari.

Dari sore sampai malam, puluhan pengendara sepeda motor sudah memenuhi ruas jalan di atas fly over Pasarrebo. Sehingga kondisi ini memancing pedagang untuk berjualan di atas. “Apalagi jalan yang menghubungkan Cililitan dengan Ciracas itu merupakan lokasi yang asyik bagi orang pacaran sambil melihat matahari terbenam,” tambah Taufik.

Padahal fly over tersebut dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di perempatan Pasarrebo. Namun kenyataannya malah dimanfaatkan oleh para PKL untuk membuka lapak yang jelas-jelas melanggar Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum di wilayah DKI Jakarta.

Para PKL mengaku nekat berjualan di pinggir jalan karena terdesak kebutuhan ekonomi. Seperti dikatakan Jefri (37) pedagang buah yang mangkal di kolong fly over Kampungmelayu. “Kalau nggak dagang, nanti anak istri mau makan apa?" tuturnya, Minggu (13/6).

Jefri mengaku bahwa untuk membuka lapak di kawasan itu dirinya juga tidak gratis. Pasalnya ia juga sering diminta jatah sebesar Rp 5000 per hari untuk uang keamanan dan kebersihan oleh organisasi masyarakat (ormas) di kawasan tersebut. “Pernah juga ada anggota Satpol PP yang minta jatah, tapi itu dulu. Sekarang sudah nggak ada lagi,” tambahnya.

Kasudin Perhubungan Jakarta Timur, Viktor Tampubolon, mengaku telah berkoordinasi dengan pihak Satuan Polisi Pamog Praja (Satpol PP) untuk menertibkan PKL di atas fly over tersebut. “Kami sudah koordinasikan dengan Satpol PP untuk menertibkan pedagang di atas fly over. Sebab, keberadaan PKL tersebut sangat membahayakan setiap pengendara yang melintas,” ujarnya.

Kepala Satpol PP Jaktim, Tiangsa Surbakti, mengaku cukup kesulitan menertiban PKL di wilayahnya. Dia beralasan, meski sering ditertibkan, pedagang tetap nekat berjualan kembali, terutama di fly over Pasarrebo, pasar tradisional, dan terminal. “Petugas rutin melakukan patroli untuk menertibkan PKL yang berjualan di lokasi terlarang. Namun setelah ditertibkan, besoknya mereka (pedagang-red) kembali berjualan di lokasi tersebut," ujarnya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Jasa Perizinan Bangunan