JAKARTA, MP - Uniknya perayaan Cap Go Meh di kawasan Pasar Lama Balimester, Jatinegara yang ditutup dengan atraksi sembilan barongsai dan tiga liong atau naga, membuat sejumlah warga Jatinegara berharap kegiatan itu bisa dijadikan even wisata tahunan yang nantinya dapat menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke Jakarta.
Terlebih, perayaan yang digelar setiap tahun itu tak hanya menampilkan kesenian etnis Tionghoa saja, tapi juga menampilkan kesenian nasional dari budaya asli Indonesia seperti reog Ponorogo, ondel-ondel, tanjidor serta marawis. Sehingga mampu menarik pengunjung untuk datang dan menyaksikan secara langsung perpaduan pentas kesenian tersebut.
Ketua RW 06 Balimester, Sartono menjelaskan bahwa perayaan ini menampilkan berbagai macam kesenian setiap tahunnya. Karena itu ia sangat berharap pagelaran ini dijadikan sebagai even wisata tahunan yang rutin digelar di wilayah Jatinegara, Jakarta Timur.
“Saya sangat berharap Cap Go Meh ini jadi objek wisata tahunan yang dapat mengundang minat para wisatawan asing dan lokal untuk menyempatkan diri melihat langsung paduan kesenian asli Indonesia dan Tionghoa yang hanya sekali setahun digelar di Pasar lama, Jatinegara,” katanya, Minggu (28/2)
Cap Go Meh sendiri menurut Sartono adalah acara yang sakral, terlebih jika saat diadakan turun hujan seperti saat ini. Karena, dipercaya dengan datangnya hujan akan membawa keberkahan bagi warga keturunan Tionghoa.
“Turunnya hujan merupakan pertanda dimulainya arak-arakan dengan mengusung patung dewa dari Vihara Amurva Bhumi mengitari Pasar Lama yang menempuh jarak sekitar 5 kilometer dan kembali lagi ke Vihara Amurva Bhumi,” tambahnya.
Camat Jatinegara Andri Yansyah mengatakan, dirinya sangat mendukung dengan perayaan yang rutin digelar setiap tahun itu untuk dijadikan sebagai objek wisata di Jatinegara. Terlebih lagi dengan adanya perpaduan kesenian yang ditampilkan antara kesenian asli Indonesia dengan kesenian etnis Tionghoa.
“Perayaan ini digelar setiap tahun sejak 2001 lalu saat almarhum Presiden Abdurrahman Wahid menjabat sebagai kepala negara. Vihara Amurva Bhumi sendiri adalah yang pertama kali menggelar perayaan Cap Go Meh di DKI Jakarta yang kemudian diikuti oleh keturunan etnis Cina di wilayah lain. Bahkan, tak sedikit pula wisatawan asing yang mengunjungi kawasan Pasar Lama ini, baik pada saat perayaan Cap Go Meh maupun hanya sekadar melihat bangunan tua yang masih berdiri,” tukasnya. (red/*bj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar