JAKARTA, MP - Ruas jalan di sekitar area Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta kini dalam kondisi rusak berat.
Seperti yang dilansir dari situs berita nasional, ruas jalan dari arah pasar induk menuju gudang beras yang berjarak sekitar 500 meter berlubang-lubang dan jika turun hujan berubah jadi kolam lumpur.
"Kami minta pengelola memperhatikan pelayanan di sini, termasuk jalan yang selama ini tidak pernah diperbaiki," kata Agus Kusnaedi selaku pengawal beras dari Indramayu, Jawa Barat.
Menurut dia, pengelola Pasar Induk Beras Cipinang yakni PT Food Station Tjipinang Jaya selama ini seolah peduli dengan kondisi jalan yang rusak.
Padahal kondisi jalanan yang rusak tersebut menimbulkan keluhan dari para sopir truk dan juga para pemilik toko/kios beras lantaran menimbulkan debu saat kemarau dan lumpur saat hujan.
Setiap truk yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang wajib membayar tiket masuk sesuai beban muatan, seperti untuk ukuran 10 ton harga tiket masuk Rp11 ribu.
Dalam sehari, truk pengangkut beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang jumlahnya mencapai ratusan hingga ribuan dengan jumlah pasokan beras sekitar 2.000-2.500 ton.
Ari, pemilik Toko TR mengatakan, beberapa tahun lalu, pedagang beras di Cipinang pernah mengumpulkan tanda tangan untuk meminta pengelola memperbaiki jalanan yang rusak.
Saat itu, pengelola pasar hanya menambal jalan yang berlubang dengan pasir tanpa diaspal sehingga saat ini kondisinya kembali berlubang.
Jalan rusak dan berlubang juga terdapat di ruas antara Kantor Logistik Mabes Polri hingga Pasar Induk Beras Cipinang sepanjang kurang lebih satu kilo meter.
Keluhan yang sama disampaikan Kiki, pemilik Toko Beras Kenangan.
"Ruas jalan dari Gebangan Bintaro ke Pasar Induk rusak parah, banyak lubang-lubang. Ini menambah mahal biaya angkut, lebih mahal dan peralatan kendaraan cepat rusak. Sedangkan dalam pasar sampah bertebaran di mana-mana dan berdebu," keluh Kiki yang sudah lima tahun berjualan di Pasar Induk Beras Cipinang ini.
Setiap bulan, Kiki membayar retribusi kepada pengelola sekitar Rp340 ribu. Sedangkan Ibu Ai pemilik UD Famili yang memiliki 10 tempat jualan beras membayar retribusi sebesar Rp170 ribu per bulan.
Para pedagang juga mengeluhkan banyaknya pungutan liar (pungli) oleh oknum petugas saat truk pengangkut beras melintas di jalan raya.
"Kaca mobil saya pernah dipecah oleh salah satu oknum polisi saat mau keluar dari Bintaro karena tidak memberi uang rokok. Bahkan dulu pernah ada sopir truk yang dihajar babak belur lalu dibuang ke hutan dan truk serta beras dibawa kabur," tutur Agus Kusnaedi.
Ia berharap, ke depan tidak ada lagi pungutan-pungutan ilegal oleh oknum petugas dan preman-preman kepada sopir truk beras.
"Kami hanya minta diperlancar dan tidak dipersulit dalam perjalanan karena barang yang kami angkut untuk kebutuhan pokok masyarakat," kata Agus.
Sementara itu, Kepala Pasar Induk Beras Cipinang, Nurul Shantiwardhani mengatakan, belum ada rencana untuk menambah dan memperbaiki fasilitas di Pasar Induk Beras Cipinang.
"Untuk penambahan fasilitas belum ada rencana, paling sebatas yang reguler saja seperti pemeliharaan," kata Nurul. (mp/*a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar